- Moderasi Beragama sesungguhnya merupakan kebaikan moral bersama yang relevan, tidak saja dengan perilaku individu, melainkan juga dengan komunitas dan lembaga.
- Moderasi telah lama menjadi aspek yang menonjol dalam sejarah peradaban dan tradisi semua agama di dunia, termasuk yang terjadi di bumi nusantara.
- Masing-masing agama niscaya memiliki kecenderungan ajaran yang mengacu pada satu titik makna yang sama, yakni jalan tengah dan tidak berlebih-lebihan, sebagai sikap beragama yang paling ideal.
- Kesamaan nilai moderasi itu pula yang menjadi energi sehingga menginspirasi dan mendorong terjadinya pertemuan bersejarah 2 tokoh agama besar dunia, Paus Fransiskus dengan Imam Besar Al-Azhar, Shaikh Ahmad Thayyeb (4 Feb 2019).
- Pertemuan tersebut telah menghasilkan dokumen persaudaraan kemanusiaan, yang pesan utamanya antara lain: musuh utama kemanusiaa adalah ekstremisme akut, hasrat saling memusnahkan, perang, intoleransi, serta rasa benci antar sesama dengan mengatasnamakan agama.
- Sejumlah peristiwa ekstremisme dan terorisme di berbagai belahan dunia sesungguhnya bukanlah monopoli satu agama saja, dan hal tersebut tidak mendapatkan tempat dalam agama mana pun.
- Sebagai negara yang plural dengan multikultural, konflik yang mengatasnamakan agama sangat potensial terjadi di Indonesia, dan itulah mengapa Moderasi Beragama sebagai solusi berbangsa agar masyarakat hidup rukun, damai, dan harmoni.
- Cara pandang dan praktik moderasi dalam beragama bukan hanya kebutuhan masyarakat Indonesia, melainkan kebutuhan global masyarakat dunia menyongsong peradaban manusia yang modern, maju, dan bermartabat.
sumbe: FB Thobib Al-Asyhar @biebasyhar (anggota tim Pokja MB Kemenag, Plt. Karo HDI, dosen Program Kajian Timur Tengah dan Islam SKSG, Universitas Indonesia)